Jumat, 23 Januari 2015

Sekilas tentang Metering



       Dalam dunia fotografi istilah metering adalah proses mengukur pencahayaan agar menghasilkan foto yang baik. Metering adalah proses dalam fotografi yang bisa diotomatiskan selain white balance. Jd, kalau bicara soal otomatis atau manual, sebenarnya cuma soal dua ini.
   
    Metering sebenarnya sangat kecil porsinya dalam membentuk sebuah foto karena ada 3 faktor yang lebih dominan: komposisi, angle dan moment. Walau porsinya kecil dan bisa dikoreksi dalam batas tertentu, metering adalah pintu masuk ke sebuah foto. Kesalahan metering yang masih bisa dikoreksi dengan baik adalah jika overeksspose maksimal 1 stop, dan kalau under ekspose kadang masih bisa 2 stop.

Belajar metering dimulai dengan membaca buku manual kamera. Kuasai tombol-tombol dan bagian yang berhubungan dengan metering ini. Metering akan sangat mudah kalau pemandangan atau obyek yang akan dipotret cahayanya rata, artinya tak ada yg terlalu terang, tidak ada yang terlalu gelap.

Memulai kegiatan metering dilakukan dengan memilih metoda apa yang akan dipakai. Secara umum, ada 3 macam cara metering (pada gambar disamping ditampilkan macam-macam metering, pengukur cahaya ditandai dengan warna merah). Namun di kamera-kamera yg baru, ada beberapa metode tambahan yg sebenarnya hanya variasi dari yang 3 metode itu, yaitu :

1. Matrix (atau dikenal juga sebagai Average atau Evaluative), yaitu mengukur area pemotretan dengan merata-ratakan cahayanya. Metering metode ini menganalisa seluruh bidang yang difoto lalu membuat kesimpulan. Beda kamera ada beda hasil, walau bedanya sedikit.

2. Center Weight, Kalau Matrix merata-rata seluruh area yang difoto, Center Weight juga merata-rata tetapi hanya sekitar 40% pada bagian tengah area yang difoto.

3. Spot, yaitu mengukur pada sebuah titik kecil yang letaknya bisa dipilih sesuai selera fotografernya.

Sebelum melangkah lebih jauh , mari kita memahami apa yang dilakukan kamera saat melakukan metering. Saat melakukan metering, sang kamera mengukur “kecerahan” yang “dilihatnya”, lalu menghitung diafragma dan kecepatan rana (shutter) berapa yang diperlukan. Sekarang saya ingin memastikan, apakah Anda sudah tahu cara memakai lightmeter di kamera untuk melakukan metering ? Buka buku manual!.

Gambar disamping adalah salah satu contoh penggunakan lightmeter di kamera, yaitu pada bagian bar kecil yang bergerak dari -2 menuju +2 (di bagian tengah) karena perubahan shutter speed (di bagian kiri). Ketika posisi bar pada angka -2, artinya adalah underekspose (foto terlalu gelap). Ketika di +2, artinya adalah overekspose (terlalu terang). Yang paling seimbang adalah di posisi tengah.

dari apa yang kita sudah bahas diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa:
1. mode evaluative/matrix cocok untuk dipakai sehari-hari, apalagi bila area yang difoto relatif rata pencahayaannya

2. bila ingin mendapat akurasi eksposure yang baik di bagian tengah foto, gunakan center weight

3. center weight juga cocok dipakai bila ada backlight di belakang objek foto

4. gunakan spot meter bila kita gagal mendapat eksposure yang tepat pada objek foto memakai mode lainnya

5. bila kamera anda tidak ada mode spot meter, alternatifnya gunakanpartial metering (seperti EOS 1000D)


6. bila eksposure yang diberikan kamera masih belum memuaskan, siasati dengan bermain Ev ke arah plus (terang) atau minus (gelap)


7. banyak berlatih dengan berbagai mode metering dan amati perbedaannya








Tidak ada komentar:

Posting Komentar